Jelajahi berita lebih lanjut

Sponsor Rokok di F1 Membawa Anak ke Jalur Cepat Menuju Adiksi Melalui Paparan Iklan Rokok

Jutaan anak terpapar pencitraan merek rokok elektronik dan kantung nikotin di ajang F1 Kids. Pencitraan merek rokok beraksi kembali melalui pengedaran berbagai video balap bersejarah secara luas.

(New York, Amerika Serikat, 16 Oktober 2024)—Laporan terbaru dari pengawas industri rokok  dunia STOP memperingatkan bahwa pemberian sponsor oleh perusahaan rokok di ajang balap mobil Formula One menyebabkan generasi baru penggemar balap di kalangan remaja – dan anak-anak – risiko adiksi rokok dan produk nikotin. Formula One mempromosikan secara luas aneka arsip video dan fotografi pertandingan bersejarah melalui berbagai platform baru untuk film, siaran video dan media sosial.

Laporan yang berjudul Memacu Kecanduan: Perlombaan untuk Generasi Mendatang (dalam bahasa Inggris), mengungkap bahwa upaya F1 untuk menjangkau penggemar dari kalangan anak muda dan perempuan di seluruh Afrika, Asia, Timur Tengah dan Amerika ternyata sejalan dengan sasaran para sponsor utama dari industri rokok yaitu Philip Morris International dan British American Tobacco. Beberapa temuan lain yang termuat dalam laporan antara lain:

  • BAT dan PMI diperkirakan membelanjakan 40 juta dolar untuk menjadi sponsor F1 pada tahun 2024.
  • Lebih dari 4 juta anak di Amerika dan Eropa berusia antara 8 sampai dengan 12 tahun mengikuti jalannya kompetisi F1.
  • Di tengah maraknya kekhawatiran akan konsumsi rokok elektronik dan kantung nikotin di kalangan pemuda dan anak, program ‘F1 Kids’ khusus anak membuat mereka terpapar merek rokok elektronik Vuse dan kantung nikotin Velo.
  • Kesepakatan baru antara Formula Satu dengan The LEGO Group serta Mattel, Inc. berpotensi meningkatkan visibilitas ajang olahraga tersebut di kalangan anak.
  • Mayoritas penggemar di TikTok dan 40% di Instagram berusia kurang dari 25 tahun.
  • Total belanja industri rokok dalam ajang F1 sejak tahun 1968 diperkirakan mencapai lebih dari 4,6 miliar dolar.

Laporan ini menambah luasnya bukti dan kekhawatiran yang dinyatakan oleh World Health Organization dan STOP bahwa industri rokok memanfaatkan olahraga, hiburan, dan platform digital untuk menjerat generasi baru.

“Fakta bahwa program F1 dirancang untuk anak membuat mereka terpapar pencitraan merek Perusahaan Rokok Raksasa dengan produk-produk mereka yang adiktif dan berbahaya sangat mengejutkan,” demikian ujar Jorge Alday, Direktur STOP di Vital Strategies. “Ini merupakan jalur cepat menuju adiksi, sesederhana itu. Para regulator harus cepat bertindak karena perusahaan rokok tidak punya insentif untuk berhenti, dan F1 justru turut mendukung. Dengan jangkauan global F1, setiap negara harus menuntut pertanggungjawaban dari ajang olahraga tersebut, pihak-pihak yang menyiarkan, serta berbagai platform media sosial yang membantu perusahaan rokok menyiarkan iklan di kalangan anak-anak.”

“Formula One telah mengalami perombakan drastis selama 25 tahun terakhir, dengan lebih banyak ajang balap F1 yang diselenggarakan di berbagai negara dan berbagai platform konten baru untuk menarik berbagai kalangan dari demografi yang lebih luas,” Caroline Reid dari Formula Money yang menyediakan hasil riset untuk laporan ini memaparkan. “Ajang ini menjadi lebih menarik bagi para sponsor yang bertujuan menjangkau audiens yang lebih muda dan beragam, termasuk dari industri rokok.  Namun dalam ajang olahraga yang tidak asing dengan kontroversi, kombinasi Perusahaan Rokok Raksasa dengan ‘F1 Kids’, terutama, dapat menimbulkan risiko reputasi baru yang dihindari oleh para sponsor lain.”

PMI dan BAT mengeksploitasi Naiknya Reputasi F1 di A.S.

Laporan ini mengungkapkan pola kegiatan PMI di akhir pekan U.S Grand Prix di Austin, Texas, kota yang akan menjadi lokasi peluncuran produk tembakau bebas asap IQOS yang adiktif dan berbahaya.  Taktik pemasaran mereka termasuk mengajak para jurnalis regional maupun nasional berwisata, mengadakan konser kejutan band rock KISS yang legendaris, serta mengundang para eksekutif industri ritel dan toko swalayan untuk menonton pertandingan.

F1 juga membantu BAT untuk memasarkan produk Vuse dan Velo-nya secara agresif di kalangan anak muda Amerika. Upaya pemasaran mereka, baik melalui F1 maupun melalui ajang lain, tampaknya berhasil: Centers for Disease Control and Prevention AS baru-baru ini melaporkan bahwa hampir 14% pelajar sekolah menengah dan atas yang mengkonsumsi rokok elektronik memilih merek Vuse dan lebih dari 1 di antara 10 konsumen kantung nikotin memilih merek Velo.

Ini merupakan jalur cepat menuju adiksi, sesederhana itu.

Jorge Alday, Direktur STOP di Vital Strategies

Mundur ke Masa Depan: Booth Promosi dan Video Bersejarah

Layanan siaran milik ajang olahraga tersebut, F1 TV, saat ini menyiarkan 2.000 jam cuplikan video balap bersejarah, dan F1 menggunakan cuplikan video dan fotografi dari balap terdahulu untuk mempromosikan ajang tersebut di media sosial. Gambar mini arsip di laman mereka menampilkan berbagai merek seperti Marlboro, West, Rothmans, Camel dan John Player Special. Berbagai arsip video tersebut juga ditampilkan di berbagai program dan film tentang F1, termasuk program dokumenter tentang sejarah ajang olahraga tersebut dan calon serial Netflix tentang Ayrton Senna, salah satu pebalap F1 paling terkenal.

Perkembangan baru yang disorot dalam laporan tersebut adalah fakta bahwa PMI tampaknya menjalin kesepakatan langsung dengan Formula One, yang mengharuskan penyelenggara balap lokal untuk memberikan tempat untuk booth PMI yang memungkinkan mereka mempromosikan produk kepada pengunjung.  Fakta ini terbongkar dalam ajang Dutch GP 2024, saat para pembuat kebijakan dan ahli kesehatan setempat bersatu untuk menegur F1 dan PMI.

“Kami tidak ingin melihat lagi booth promosi produk rokok di ajang balap F1 dan mundur ke masa lalu di mana F1 menjadi taman bermain industri rokok. Keadaan di masa kini saja sudah cukup buruk,” ujar Phil Chamberlain, Deputy Director Tobacco Control Research Group di University of Bath.  “Ancaman lain yang muncul lagi adalah dari BAT, PMI dan perusahaan rokok lain yang dapat mengiklankan rokok mereka secara gratis karena perjanjian sponsor di masa lalu, karena F1 memanfaatkan arsip mereka. Dan di belakang layar, kita juga harus waspada terhadap PMI dan BAT yang memanfaatkan F1 untuk merayu para pembuat kebijakan serta kalangan berpengaruh.”

Laporan ini merupakan edisi keempat dari serial yang diterbitkan oleh STOP tentang sponsor rokok di ajang F1.  Laporan pertama menyelidiki peningkatan kembali belanja anggaran perusahaan rokok  dalam ajang tersebut, dan laporan kedua menyorot tentang jangkauan perusahaan rokok terhadap penggemar F1 kalangan anak muda di media sosial. Laporan ketiga meneliti tentang peran Netflix dalam menarik penggemar baru di ajang tersebut yang memungkinkan BAT dan PMI mendapat satu miliar-menit tambahan iklan hanya dari satu musim penayangan “Drive to Survive.” Laporan terbaru dapat diakses melalui Memacu Kecanduan: Perlombaan untuk Generasi Mendatang dalam bahasa Inggris.

Silakan hubungi kantor pers STOP  untuk mendapat informasi lebih lanjut atau untuk berhubungan dengan juru bicara STOP.


Tentang STOP

STOP adalah sebuah jejaring yang terbentuk dari berbagai organisasi akademis dan kesehatan masyarakat yang beroperasi di seluruh dunia sebagai bagian dari Bloomberg Initiative to Reduce Tobacco Use. Jejaring STOP menghubungkan ahli dari seluruh aspek bisnis industri rokok untuk membongkar dan melawan upaya mereka menjual berbagai produk yang berbahaya dan adiktif.  Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi exposetobacco.org.

Tentang Formula Money

Formula Money menyediakan data dan konsultasi tentang aspek bisnis Formula One.  Diluncurkan pada tahun 2007, laporan yang diterbitkan adalah perangkat rujukan bagi berbagai perusahaan dan individu yang mengadakan riset tentang sponsor Formula One, anggaran balap, keuangan tim, biaya penyiaran serta berbagai aspek lain. Layanan yang disediakan meliputi dampak F1 terhadap ekonomi lokal, nilai sponsor sampai hak komersial.  Laporan Formula Money merupakan panduan berharga bagi ajang olahraga tersebut, baik bagi kalangan pemangku kepentingan yang sudah ada maupun potensial, seperti para sponsor, pemilik tim, manajer pengemudi serta promotor balap.